Friday, April 22, 2011

Memaknai Perjuangan Kartini ( Katini, Emansipasi)

Pada tanggal 21 April kamis kemarin, kita memperingati hari Kartini, yang merupakan salah satu hari bersejarah bagi para perempuan Indonesia dalam memperjuangkan keseteraan gender.RA.Kartini seorang priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara. Banyak cara yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk memperingati hari tersebut.
Dalam sejarah, Kartini dikenal sebagai pahlawan nasional yang memperjuangkan kesetaraan gender wanita bumiputra, melalui gagasan, ide, dan pemikirannya dalam kumpulan surat yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Kartini ditetapkan sebagai pahlawan nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 108 tahun 1964 tanggal 2 Mei 1964. Saking terkenalnya Kartini, namanya diabadikan sebagai nama museum di Jepara, nama jalan di negeri Belanda, bahkan pernah digunakan sebagai gambar mata uang kertas tahun 1985. Setelah seratus tiga puluh dua tahun,apa yang kita kenal dari Kartini ? Makna apa yang kita ambil dari peringatan kelahirannya.?
Menurut saya dalam memperingati hari kartini, hendaknya jangan hanya dijadikan symbol belaka. Tetapi bagaimana kita mampu menjadi wanita yang pandai dan tangguh seperti yang diajarkan dan diinginkan Kartini. Semangat kartini dan perjuangan kesetaraan gender menjadi tauladan bagi wanita Indonesia. Presepsi kita jangan sampai keliru memaknai kesetaraan gender, yang diperjuangkan Kartini, karena kodrat wanita haknya tetap berbeda dengan laki-laki. Sebaliknya kodrat pria juga mustahil disamakan dengan wanita. Janganlah wanita Indonesia salah mengartikan bahwa emansipasi wanita adalah hanya mengejar karir setinggi-tingginya dengan melawan kodrat, enggan menikah dan melahirkan serta bahkan mengambil alih tugas-tugas laki-laki. Kesetaraan gender yang kebablasan ini dengan mengorbankan kodratnya sebagai perempuan justru merupakan sebuah kekalahan bagi seorang perempuan. Kodrat seorang perempuan adalah menikah, berbakti pada suami, melahirkan, mengasuh, mengajar dan mendidik anak-anakya hingga mereka dewasa, mampu menjadi generasi yang tangguh dan beriman. Emansipasi bukan harga “mati” dalam arti semuanya harus sama dengan laki-laki. Sebagai perempuan kita tetap seorang istri dari pasangan kita, seorang ibu dan pendidik bagi anak-anak kita.
Emansipasi yang disuarakan oleh Kartini pada zamannya, menekankan pada tuntutan agar para perempuan memperoleh pendidikan yang memadai, menaikan derajat perempuan yang kurang dihargai pada masyarakat Jawa, kebebasan mengkritik/berpendapat dan mengeluarkan pikiran,otonomi dan persamaan hukum. Kekecewaan dan kepedulian Kartini terhadap nasib wanita (bumiputera) bermula dari kondisi keluarganya sendiri, ia menyaksikan sendiri dan ikut merasakan pederitaan yang harus ditanggung ibu kandung, ibu tirinya akibat poligami yang dilakukan ayahnya. Semangat Kartini ingin memajukan wanita Indonesia melalui pendidikan, karena ia melihat bahwa wanita pribumi kususnya Jawa ada pada status sosial yang rendah,tidak bisa duduk di bangku sekolah, dipingit,dinikahkan dengan laki-laki yang tidak dikenal bahkan harus bersedia untuk di madu. Dia ingin wanita Indonesia memiliki kebebasan untuk menuntut ilmu dan belajar. Menurutnya pendidikan bagi kaum wanita sangat penting, Ia nyakin wanita yang terdidik, kelak juga akan mampu mendidik anak-anaknya dengan baik. Dari perempuanlah, anak-anak bangsa menerima pendidikan yang pertama, di pangkuan dan kasih sayang seorang perempuan mereka belajar, merasa, berbicara dan berfikir.
Selamat hari kartini, mari kita renungkan dan apresiasiakan pemikiran-pemikiran Kartini untuk kita jadikan tauladan sebagai perempuan yang nyakin terhadap kemampuan dirinya,perempuan yang secara kodrati diberi kelebihan untuk melahirkan kehidupan,tetapi dia bukan superwomen yang menyamakan dirinya dengan laki-laki. Semangat Kartini dan kesetaraan gender menjadi tauladan bagi para wanita Indonesia
Gagasan dan pemikiran-pemikiran Kartini tentang Emansipasi wanita, sesuai dengan ajaran-ajaran dalam Islam, sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad SAW. Dimana pada waktu sebelum nabi Muhammad lahir atau dikenal dengan jaman jahiliah, wanita diperlakukan sebagai barang warisan, bahkan baru lahir sudah dibunuh dan dikubur secara hidup-hidup. Status sosial wanita lebih rendah daripada laki-laki. Setelah Muhammad diutus sebagai Nabi, perempuan diangkat derajadnya, dimana perempuan mempunyai hak untuk menerima penghormatan yang lebih besar dari anaknya daripada laki-laki, memperoleh pendidikan yang sama dengan laki-laki sebagai mana hadist nabi yang artinya “ menuntut ilmu wajib bagi kaum laki-laki dan perempuan,”. Memperoleh persamaan hak dengan kaum laki-laki sebagaimana contohnya tertuang dalam Alqur’an Surat An Nahl ayat 97.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”( Q.S An Nahl:97).
Ditekankan dalam ayat tersebut bahwa Islam mengakui adanya persamaam gender, laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala (hak) yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
Menurut pendapat saya peringatan hari Kartini ini tidak hanya dijadikan sebagai kegiatan seremonial saja, tetapi merupakan momen bagi kaum perempuan untuk evaluasi diri, dan yang tidak kalah pentingnya bagaimana wanita Indonesia mampu berbuat sesuatu secara riil untuk kemajuan negerinya. Kalau dia sebagai seorang guru, dalam merayakan Kartini adalah dengan mengabdikan diri sepenuh hati untuk anak didiknya dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk membangun Negara yang lebih mandiri. Lebih inovatif dalam melaksanakan tugas pokonya terutama dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga peserta didik akan senang untuk belajar. Para guru-guru Kartini barangkali tidak hanya mengejar sertifikasi tetapi lupa dengan tanggungjawabnya mendidik anak negeri. Guru Kartini dituntut tidak hanya sebagai pengajar yang hanya mentransformasikan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didiknya.